Jambi – Tumpukan batu bara atau stockpile milik salah satu perusahaan di kawasan Desa Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi terbakar hingga mengeluarkan kepulan asap di udara. Tumpukan batu bara yang terbakar ini bahkan termonitor hingga menjadi titik panas Karhutla di Jambi.
“Ya itu tim kami sudah melakukan patroli juga ke sana, karena bukan merupakan kebakaran hutan dan lahan dan merupakan kawasan stockpile batu bara jadi termonitornya kan tetap hotspot,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Muaro Jambi, Anari kepada detikSumbagsel, Selasa (30/7/2024).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Anari mengatakan bahwa Tim Satgas juga sudah mengecek ke lokasi sebagai bentuk antisipasi kebakaran. Lantaran bukan merupakan kebakaran hutan dan lahan, nantinya hotspot stockpile batu bara ini akan ditandai agar diketahui kalau bukan karhutla.
“Kalau sekarang kan masih masuk jadi hostpot ya di satelit. Tetapi karena bukan kebakaran lahan maka nanti akan kita tandai kalau kawasan itu adalah lokasi stockpile batu bara yang terbakar,” ujar Anari.
Meski begitu, Anari mengaku bahwa tim dari BPBD tetap terus memantau bersama tim Satgas gabungan ke lokasi stockpile tersebut untuk mengantisipasi agar api yang ada di tumpukan batu bara tidak melebar kemana-mana.
“Nah untuk padamkan ini kita tak mungkin bisa karena sulit juga, hanya sejauh ini masih aman karena anggota dan satgas gabungan sering ke lokasi juga mengecek,” terang Anari.
Sementara, Kepala Desa Sungai Gelam, Agus mengatakan bahwa tumpukan batu bara itu sudah membuat resah masyarakat sekitar. Apalagi tumpukan itu juga sering terbakar dan bahkan api bisa cukup besar di saat musim kemarau sekarang.
“Kalau sebelum kemarau api nya kalau hidup pun kadang kecil ya, karena sering hujan juga. Tetapi sekarang pas musim kemarau malah makin besar, itu warga desa kan jadi khawatir kan,” kata Agus.
Bahkan, pihak desa setempat juga sudah melayangkan surat permohonan pemindahan stockpile batu bara itu sejak Juni 2024 lalu. Surat itu juga berbunyi bahwa sehubungan masuk musim kemarau bahwa tumpukan batu bara atau stockpile milik PT BBI agar segera dipindahkan karena kerap terbakar dan sebabkan kabut asap.
Surat itu juga berbunyi, jika kabut asap itu akan menimbulkan pencemaran udara serta lingkungan sehingga membahayakan kesehatan masyarakat setempat. Surat ini juga ditembuskan ke pihak Polda Jambi dan juga Pemprov Jambi melalui Dinas ESDM agar dapat ditindaklanjuti.
“Jadi kami ini sekarang cuma bisa menyurati, cuma belum ada tindakan sama sekali. Tim satgas juga sudah ke lokasi juga untuk pengecekan tetapi belum ada upaya pemindahan juga kan,” terang Agus.
Agus mengaku bahwa jika api di tumpukan batu bara membesar bisa membuat warga khawatir dan ketakutan. Apalagi kata Agus, lokasi stockpile batu bara itu sangat dekat permukiman warga.
“Ya kurang lebih jaraknya 200-an meter dari permukiman warga. Tetapi jika api besar di tumpukan itu palingan pihak ekskavator di perusahaan itulah yang coba padamkan dengan mengeruk tumpukan batubara itu agar api segera mengecil,” terang Agus.
Hanya saja, sebut Agus hal itu tentu bukan jadi solusi konkret karena akan terus mengkhawatirkan jika musim kemarau saat ini.
“Kalau gini terus kan tentu kawasan ini selalu masuk hotspot kebakaran ya, padahal bukan lahan atau hutan yang terbakar melainkan tumpukan batu bara,” ucap dia.
Agus kini juga belum mengetahui pasti mengapa tumpukan itu tak pernah diproduksi padahal sudah sangat banyak di sana. Dia hanya menerima informasi bahwa batu bara itu tak bisa diproduksi dari 2023 lalu hingga 22 sekarang karena terkait persoalan izin.
“Kalau kami tahunya tumpukan ini sudah sejak 2023 sampai 2024, batu bara ini tak pernah diproduksi jadi terus bertumpuk disini tetapi bahaya juga kan bagi kami kalau terus bertumpuk dan belum dipindahkan apalagi kemarau begini,” kata Agus.
“Saya berharap ini dari Pemerintah biasa segera cari solusinya, agar tumpukan batu bara tidak terbakar terus sampai besar jika musim kemarau,” sambung dia.
Radix News
Editor :Admin